Ketika membuat perencanaan keuangan pribadi atau berinvestasi, istilah aset likuid pasti sering Anda dengar. Pemahaman mengenai aset likuid diperlukan untuk membantu Anda menjaga kestabilan keuangan, apalagi di tengah ketidakpastian ekonomi seperti saat ini.
Apa bedanya aset likuid dengan aset tetap dan aset lancar? Bagaimana cara menghitung aset likuid? Bagaimana cara meningkatkan aset likuid? Artikel ini akan menjawab semua pertanyaan tersebut untuk menambah pemahaman Anda, yuk simak sampai habis!
Apa Itu Aset Likuid?
Aset likuid adalah jenis aset yang bisa dengan mudah dan cepat dikonversi menjadi uang tunai tanpa kehilangan nilai yang signifikan. Aset likuid bisa langsung digunakan untuk memenuhi kebutuhan mendesak atau keperluan sehari-hari.
Contoh aset likuid adalah uang tunai di dompet, saldo rekening tabungan, atau deposito jangka pendek yang mudah dicairkan. Semua itu termasuk aset likuid karena bisa langsung digunakan atau dicairkan tanpa perlu waktu lama.
Kebalikannya dari aset likuid adalah aset tidak likuid seperti properti, kendaraan, atau investasi jangka panjang. Aset jenis ini butuh waktu lebih lama untuk dicairkan dan bisa saja mengalami penurunan nilai saat dijual cepat.
Baca Juga: Pengertian Manajemen Aset Beserta Tujuan dan Manfaatnya
Perbedaan Aset Likuid, Aset Tetap, dan Aset Lancar
Berikut adalah tabel perbandingan antara aset likuid, aset tetap, dan aset lancar:
Aspek | Aset Likuid | Aset Tetap | Aset Lancar |
---|---|---|---|
Definisi | Aset paling mudah dan cepat dicairkan menjadi uang tunai tanpa kehilangan nilai | Aset berwujud yang digunakan dalam operasional jangka panjang dan tidak untuk dijual | Aset yang bisa dikonversi jadi uang tunai dalam waktu ≤ 1 tahun |
Contoh | Uang tunai, tabungan, dompet digital, reksa dana pasar uang | Gedung, kendaraan, mesin, peralatan kantor | Kas, piutang usaha, persediaan, surat berharga, aset likuid |
Likuiditas | Sangat tinggi (bisa langsung jadi uang tunai) | Rendah (perlu waktu dan proses untuk menjual) | Tinggi (tapi tidak secepat aset likuid) |
Fungsi | Digunakan untuk kebutuhan mendesak atau darurat | Digunakan untuk mendukung operasional jangka panjang | Digunakan untuk operasional rutin dan jangka pendek |
Nilai dalam Neraca | Dicatat di bagian paling atas pada kolom aset lancar | Dicatat di bagian aset tetap atau non-kurrent asset | Dicatat di bawah aset lancar (termasuk di dalamnya aset likuid) |
Contoh di Laporan Keuangan | Kas, setara kas | Tanah, bangunan, kendaraan | Persediaan barang, piutang usaha, kas, aset pra-bayar |
Tujuan Kepemilikan | Menjaga likuiditas dan keamanan keuangan | Digunakan terus-menerus dalam jangka panjang | Digunakan dalam siklus bisnis harian dan tahunan |
Kenapa Aset Likuid Penting?
Aset likuid sering dianggap sebagai pertolongan pertama dalam kondisi keuangan darurat. Tapi manfaatnya tidak hanya itu. Kalau Anda serius ingin keuangan yang sehat dan tahan banting, ini alasan kenapa aset likuid penting:
Digunakan Saat Kondisi Darurat
Ini alasan nomor satu, aset likuid dapat digunakan saat kondisi darurat. Terkadang kita sering menemukan masalah mendadak seperti kehilangan pekerjaan, biaya rumah sakit, kendaraan rusak, atau bencana alam.
Aset likuid membantu Anda menghadapi situasi tak terduga tanpa harus berutang atau menjual aset lain dengan harga rugi.
Bayangkan Anda harus menjual aset berupa properti atau kendaraan dan butuh dana cepat. Rumah tidak mungkin terjual dalam waktu semalam.
Menjaga Arus Kas Tetap Lancar
Baik dalam keuangan pribadi maupun bisnis, cash flow adalah raja. Aset likuid menjaga perputaran uang tetap lancar, sehingga Anda bisa memenuhi kebutuhan rutin seperti membayar listrik, air, pulsa, gaji karyawan (bagi bisnis), dan biaya hidup sehari-hari.
Stabilitas Keuangan
Aset likuid dengan nilai yang cukup, bisa membuat Anda tidur lebih nyenyak karena Anda akan mengetahui jika ada pengeluaran mendadak akan siap, jika ada peluang investasi Anda bisa ambil, dan jika terjadi kehilangan penghasilan Anda memiliki dana cadangan.
Aset likuid membuat kondisi keuangan lebih tahan terhadap guncangan ekonomi, layaknya fondasi rumah yang kuat.
Perencanaan Keuangan
Aset likuid berperan sebagai indikator penting dalam menentukan berapa dana darurat yang Anda butuhkan, menilai apakah Anda siap investasi jangka panjang, serta menghitung rasio likuiditas dan solvabilitas dalam laporan keuangan.
Tanpa data aset likuid, perencanaan keuangan bisa tidak terarah, bahkan bisa menyesatkan kondisi keuangan Anda.
Dimanfaatkan untuk Peluang Investasi
Kadang, peluang bagus datang tiba-tiba seperti harga saham turun drastis, tanah dijual murah, atau bisnis teman butuh modal.
Kalau Anda punya aset likuid, Anda bisa mengambil kesempatan itu dengan cepat tanpa harus menjual aset tetap atau meminjam uang terlebih dahulu. Fleksibilitas ini yang membuat aset likuid sangat powerful.
Wajib dalam Manajemen Risiko dan Akuntansi
Dalam bisnis, memiliki aset likuid dalam jumlah tertentu adalah standar. Investor dan kreditur selalu melihat berapa total aset likuid perusahaan dan apakah bisa membayar utang jangka pendek?
Semakin tinggi likuiditas, semakin sehat bisnis tersebut di mata investor dan bank.
Contoh Aset Likuid
Sekarang kita bahas satu per satu contoh aset likuid, lengkap dengan penjelasan kelebihannya.
Uang Tunai (Cash)
Uang tunai adalah aset likuid paling murni dan sempurna. Bisa digunakan langsung untuk transaksi, tidak perlu dikonversi lagi.
Contoh uang tunai adalah uang di dompet, uang tunai di tangan, dan uang di laci kas bisnis.
Kelebihan uang tunai adalah dapat langsung digunakan kapan saja dan tidak tergantung pada pihak ketiga. Namun, uang tunai rentan terhadap kehilangan, pencurian, dan tidak menghasilkan imbal hasil (non-produktif jika terlalu banyak disimpan).
Saldo Rekening Tabungan
Uang di tabungan juga tergolong aset likuid karena bisa langsung ditarik melalui ATM atau mobile banking.
Contohnya adalah saldo di rekening bank pribadi, di rekening bisnis, atau di tabungan digital. Kelebihan rekening tabungan adalah aman (dijamin LPS) dan bisa diakses selama 24/7.
Pada tabungan di bank biasanya nilai bunga tergolong rendah, sehingga tidak cocok untuk investasi jangka panjang.
E-Wallet dan Dompet Digital
Di era digital, saldo di dompet digital juga masuk kategori aset likuid dan pasti Anda juga sering menggunakan sehari-hari. Contohnya GoPay, OVO, DANA, LinkAja, saldo ShopeePay atau Tokopedia.
Kelebihan dompet digital adalah cepat digunakan untuk transaksi online/offline dan banyak promo cashback. Namun, dompet digital ada batasan saldo maksimum dan tidak semua tempat pembayaran menerima metode ini.
Deposito Jangka Pendek (≤ 1 Tahun)
Meski tidak secepat uang tunai, deposito berjangka pendek tetap dianggap likuid, terutama jika bisa dicairkan kapan saja (dengan penalti kecil).
Contohnya deposito 1 bulan, 3 bulan, atau 6 bulan. Kelebihan deposito jangka pendek sebagai aset likuid adalah imbal hasil lebih tinggi dari tabungan biasa dan risiko sangat rendah. Anda perlu memperhatikan apakah ada penalti jika dicairkan sebelum jatuh tempo.
Reksa Dana Pasar Uang
Reksa dana pasar uang adalah instrumen investasi yang sangat likuid dan aman. Banyak digunakan sebagai tempat investasi uang jangka pendek.
Kelebihan reksadana pasar uang adalah bisa dicairkan dalam 1–2 hari kerja dan memiliki return lebih tinggi dari deposito. Meski sangat kecil, tetap ada risiko kerugian pasar (volatilitas rendah tapi tetap ada).
Surat Berharga Negara (SBN) Ritel yang Bisa Diperjualbelikan
Beberapa jenis SBN seperti ORI (Obligasi Ritel Indonesia) bisa diperjualbelikan di pasar sekunder, sehingga tergolong likuid.
Contoh SBN adalah ORI dan SR (Sukuk Ritel). Kelebihan SBN yaitu memiliki imbal hasil tetap dan aman karena dijamin pemerintah.
Perlu Anda ketahui, tidak semua SBN bisa dicairkan sebelum jatuh tempo. Pastikan beli SBN yang bisa diperdagangkan.
Saham Blue Chip yang Aktif Diperdagangkan
Saham-saham dengan kapitalisasi besar dan volume tinggi seperti saham BCA, Telkom, atau Astra termasuk aset likuid.
Kelebihan saham blue chip yaitu bisa dijual dengan cepat di jam bursa serta potensi capital gain dan dividen.
Saham memiliki nilai fluktuatif dan hanya bisa dicairkan saat pasar terbuka, ini perlu menjadi perhatian Anda sebelum menentukan saham menjadi aset likuid pribadi.
Cara Menghitung Aset Liquid
Cari Tahu Semua Aset yang Dimiliki
Buat daftar semua jenis aset yang Anda punya, seperti:
- uang tunai di dompet
- saldo di rekening tabungan
- saldo di dompet digital (DANA, GoPay, OVO)
- deposito jangka pendek (≤ 3 bulan)
- reksa dana pasar uang
- emas digital (jika bisa dijual cepat).
Catat masing-masing nilainya dalam rupiah. Jangan masukkan rumah, kendaraan, saham jangka panjang, atau properti karena ini bukan aset likuid.
Jumlahkan Seluruh Aset Likuid
Gunakan rumus sederhana berikut:
Total aset likuid = uang tunai + tabungan + dompet digital + deposito jangka pendek + reksa dana pasar uang + aset likuid lainnya
Bandingkan dengan Pengeluaran Bulanan
Untuk mengetahui apakah aset likuid Anda mencukupi, Anda perlu menghitung rasio likuiditas pribadi, yaitu:
Rasio Likuiditas = Total Aset Likuid / Pengeluaran Bulanan
Idealnya:
- Freelance atau bisnis: minimal 12x
- Single: rasio minimal 3x
- Menikah atau punya tanggungan: minimal 6x.
Kesimpulan
Anda bisa melakukan pencatatan aset perusahaan beserta penyusutannya dengan menggunakan software ERP seperti MASERP di mana sudah terintegrasi dengan berbagai fitur bisnis seperti penjualan, pembelian, distributor, manufaktur dan lainnya.
Fitur Fixed Asset di MASERP membantu Anda menghitung penyusutan aktiva tetap dengan akurat sehingga memudahkan Anda dalam mentracking aset Anda seperti kendaraan, mesin, hardware, dan peralatan kantor.
Pada fitur Master Fixed Asset, Anda bisa mencatat informasi seperti lokasi, merk, spesifikasi dan penanggungjawab untuk history lengkap pemindahan aset dari tangan ke tangan.
Software ERP MASERP juga dilengkapi dengan fitur keuangan dan akuntansi lengkap untuk membantu mengelola keuangan perusahaan untuk menghindari human error karena salah perhitungan atau double input.
Segera konsultasikan kendala yang sedang dihadapi dan kebutuhan perusahaan Anda dengan konsultan ahli kami sekarang. GRATIS!