Debt to Equity Ratio: Fungsi, Cara Menghitung, dan Penilaian Ideal

Written by Tika Ulfianinda

debt to equity adalah

Dalam dunia keuangan, salah satu metrik yang penting dan sering digunakan mengukur kesehatan finansial suatu perusahaan adalah debt to equity ratio atau rasio utang terhadap ekuitas atau aset bersih dari nilai yang dimiliki oleh pemilik atau pemegang saham setelah dikurangi dengan kewajiban dan utang perusahaan. Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam mengenai apa itu debt to equity ratio, fungsi, rumus, cara menghitung, dan nilai idealnya.

Apa itu Debt to Equity Ratio?

Debt to equity ratio adalah salah satu rasio keuangan yang digunakan untuk mengevaluasi struktur modal suatu perusahaan dengan mengukur seberapa besar utang yang dimiliki perusahaan dibandingkan dengan ekuitasnya. Rasio ini memberikan gambaran tentang seberapa besar perusahaan bergantung pada utang untuk mendanai operasinya, dibandingkan dengan modal yang ditanamkan oleh pemiliknya. 

Adapun rumus untuk menghitung Debt to Equity Ratio yaitu:

Debt to Equity Ratio = Total liabilities : Total equity

Semakin tinggi rasio DER, semakin besar pula proporsi utang perusahaan dibandingkan dengan ekuitasnya. Dalam konteks ini, utang mencakup semua kewajiban finansial perusahaan, seperti utang bank, obligasi, dan pinjaman lainnya, sedangkan ekuitas meliputi modal saham, tambahan modal disetor, dan laba ditahan. Misalnya, jika sebuah perusahaan memiliki DER sebesar 2, itu berarti perusahaan menggunakan dua dolar utang untuk setiap satu dolar modal sendiri.

Fungsi Penting Debt to Equity Ratio (DER)

Debt to Equity Ratio (DER) memiliki beberapa fungsi penting dalam menganalisis kesehatan keuangan sebuah perusahaan.

Mengukur Ketergantungan pada Utang

Rasio ini membantu mengidentifikasi sejauh mana perusahaan bergantung pada utang untuk mendanai operasinya. Dengan menganalisis rasio ini, pemangku kepentingan dapat menilai apakah perusahaan cenderung menggunakan utang sebagai sumber dana utama atau lebih mengandalkan modal sendiri.

Jika DER tinggi, artinya perusahaan memiliki ketergantungan yang signifikan pada utang eksternal, yang dapat meningkatkan risiko finansial jika terjadi fluktuasi suku bunga atau pembayaran bunga yang tinggi.

Evaluasi Kelayakan Pinjaman

Bank dan lembaga keuangan menggunakan debt to equity ratio adalah salah satu faktor dalam menilai kelayakan pemberian pinjaman kepada perusahaan. Semakin rendah DER, semakin rendah risiko bagi pemberi pinjaman karena menandakan bahwa perusahaan memiliki kapasitas untuk membayar kembali pinjaman dengan sumber daya internalnya.

Sebaliknya, DER yang tinggi dapat menimbulkan kekhawatiran tentang kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban pembayaran utangnya, sehingga membuat perusahaan kurang menarik sebagai penerima pinjaman.

Pertimbangan Investasi

Investor menggunakan DER sebagai salah satu faktor dalam mempertimbangkan investasi di sebuah perusahaan. Rasio ini memberikan gambaran tentang seberapa sehat struktur modal perusahaan. Investor cenderung memilih perusahaan dengan DER yang rendah atau wajar, karena menandakan bahwa perusahaan memiliki keberlanjutan finansial yang lebih baik dan lebih sedikit tergantung pada utang. 

DER yang tinggi dapat menjadi sinyal peringatan bagi investor, karena perusahaan mungkin menghadapi risiko kebangkrutan atau kesulitan dalam membayar dividen. Sementara itu, berbeda dengan rasio yang sehat menunjukkan bahwa modal yang dimiliki perusahaan memiliki struktur modal yang seimbang. 

Perencanaan Keuangan dan Manajemen Risiko

DER juga membantu manajemen perusahaan dalam perencanaan keuangan jangka panjang dan pengelolaan risiko. Dengan memahami seberapa besar proporsi utang dalam struktur modal perusahaan, manajemen dapat membuat keputusan yang lebih bijak dalam hal pengelolaan utang, pembayaran dividen, atau keputusan investasi. Rasio ini juga membantu dalam mengidentifikasi risiko finansial potensial yang dapat dihadapi perusahaan, seperti risiko likuiditas atau risiko keuangan lainnya.

Dengan demikian, fungsi DER sangatlah penting dalam memberikan wawasan mendalam tentang kesehatan keuangan sebuah perusahaan dan membantu para pemangku kepentingan dalam pengambilan keputusan yang lebih baik terkait dengan investasi, pinjaman, dan manajemen risiko.

Cara Menghitung Debt to Equity Ratio (DER)

Cara menghitung Debt to Equity Ratio (DER) relatif sederhana dan menggunakan data keuangan dasar dari sebuah perusahaan. Berikut adalah langkah-langkah untuk menghitung DER:

Langkah 1: Identifikasi total liabilities dan total equity

Total Liabilities (Utang): Jumlahkan semua kewajiban finansial perusahaan, termasuk hutang bank, obligasi, pinjaman jangka pendek, dan jangka panjang.

Total Equity (Ekuitas): Jumlahkan semua sumber modal sendiri perusahaan, termasuk modal saham, tambahan modal disetor, dan laba ditahan.

Langkah 2: Gunakan rumus DER

Debt to Equity Ratio = Total liabilities : Total equity

Langkah 3: Hitung rasio

Bagi total liabilities dengan total equity untuk mendapatkan nilai DER.

Contoh Penghitungan Debt to Equity Ratio

Misalkan sebuah perusahaan XYZ memiliki data keuangan sebagai berikut:

Total Liabilities (Utang): Rp 800.000.000

Total Equity (Ekuitas): Rp 1.200.000.000

Langkah-langkah penghitungan DER adalah sebagai berikut:

  1. Identifikasi total liabilities dan total equity:

Total Liabilities: Rp 800.000.000

Total Equity: Rp 1.200.000.000

  1. Gunakan rumus DER

Debt to Equity Ratio = Total liabilities : Total equity

  1. Hitung rasio:

Debt to Equity Ratio = 800.000.000 : 1.200.000.000

 = 0.67

Penjelasan Penghitungan:

Jadi, dalam contoh ini, Debt to Equity Ratio (DER) perusahaan XYZ adalah 0.67. Ini berarti perusahaan menggunakan Rp0.67 utang untuk setiap Rp1 ekuitas yang dimilikinya.

Dalam konteks ini, perusahaan memiliki proporsi utang yang lebih rendah dibandingkan dengan ekuitasnya, yang dapat dianggap sebagai tanda yang baik karena menunjukkan bahwa perusahaan kurang bergantung pada utang eksternal untuk mendanai operasinya.

Perusahaan dengan DER yang rendah cenderung memiliki struktur modal yang lebih konservatif dan lebih sedikit ketergantungan pada utang, sementara DER yang tinggi dapat menimbulkan risiko finansial yang lebih besar, terutama jika terjadi fluktuasi suku bunga atau kesulitan dalam membayar bunga utang.

Penting untuk menyadari bahwa DER harus dipertimbangkan dalam konteks keseluruhan situasi keuangan perusahaan dan bukan sebagai indikator tunggal untuk kesehatan finansial. Oleh karena itu, pemahaman yang baik tentang kondisi dan kebutuhan spesifik perusahaan sangat penting dalam menafsirkan nilai DER. Penting untuk dicatat juga bahwa nilai DER dapat bervariasi antar perusahaan dan industri.

Oleh karena itu, perbandingan dengan perusahaan sejenis atau industri dapat memberikan konteks yang lebih baik dalam mengevaluasi keberlanjutan keuangan suatu perusahaan.

Penentuan nilai Debt to Equity Ratio (DER) yang dianggap “ideal” tidak selalu baku karena nilainya dapat bervariasi tergantung pada industri, siklus bisnis, strategi perusahaan, dan faktor-faktor lainnya. Meskipun demikian, terdapat beberapa panduan umum yang digunakan untuk menilai apakah sebuah DER dianggap sehat atau tidak. 

Penilaian Nilai Debt to Equity Ratio yang Ideal

Tingkat DER yang rendah

Biasanya, sebuah DER yang rendah menunjukkan bahwa perusahaan lebih sedikit bergantung pada utang untuk mendanai operasinya. Ini bisa mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki kemampuan untuk menggunakan lebih banyak modal sendiri dalam kegiatan operasionalnya, yang pada gilirannya dapat mengurangi risiko finansial, terutama jika terjadi fluktuasi suku bunga atau masalah dalam pembayaran utang.

Perbandingan dengan Industri Sejenis

Nilai DER yang dianggap ideal juga sering kali bergantung pada industri perusahaan tersebut. Industri dengan karakteristik yang berbeda-beda dapat memiliki standar DER yang berbeda pula. Oleh karena itu, penting untuk membandingkan DER perusahaan dengan rata-rata industri sejenis atau dengan pesaing utama untuk mendapatkan gambaran yang lebih akurat.

Perhatikan Konteks dan Kondisi Perusahaan

Meskipun ada panduan umum, nilai DER yang dianggap ideal juga harus dipertimbangkan dalam konteks situasi dan kondisi spesifik perusahaan. Misalnya, perusahaan yang sedang mengalami fase pertumbuhan agresif mungkin akan memiliki DER yang lebih tinggi karena memerlukan tambahan modal untuk mendukung ekspansi.

Keberlanjutan Keuangan 

Nilai DER yang dianggap ideal adalah yang memastikan keberlanjutan keuangan perusahaan dalam jangka panjang. Rasio ini harus dipertimbangkan dalam hubungannya dengan risiko dan kebutuhan keuangan perusahaan. Apakah perusahaan mampu membayar bunga utangnya tepat waktu? Apakah struktur modalnya dapat menahan fluktuasi pasar atau kondisi ekonomi yang tidak terduga?

Kesimpulan

Meskipun tidak ada nilai debt to equity ratio yang mutlak sebagai standar ideal, perusahaan biasanya dianggap memiliki struktur modal yang sehat jika DER-nya berada dalam kisaran tertentu yang dapat diterima oleh industri dan dalam konteks kondisi keuangan perusahaan tersebut.

Penting untuk menyadari bahwa nilai DER harus dianalisis bersama dengan faktor-faktor lainnya dalam konteks analisis keuangan yang lebih luas untuk memberikan pemahaman yang komprehensif tentang kesehatan finansial perusahaan.

MASERP sebagai software ERP dengan basic accounting memiliki fitur account payable di mana Anda dapat mengontrol arus kas perusahaan untuk memastikan pembayaran ke pihak lain tepat waktu, serta dapat adjust utang outstanding.

Dengan fitur Report Center di MASERP, Anda bisa mencatat dan membuat laporan keuangan yang meliputi laba rugi, neraca, penjualan dan lain-lain.

Pencatatan dan pelaporan manual tentu saja akan memakan banyak waktu dan memiliki peluang besar terjadinya human error. Ini akan menghambat efisiensi dan produktivitas perusahaan Anda. Software MASERP dapat dikustomisasi sesuai bisnis flow Anda, kustomisasi dari program standard yang sudah ada.

Klik gambar di bawah ini dan adwalkan demo program dengan konsultan MASERP sekarang!

Marginal Cost: Komponen, Rumus dan Cara Mudah Menghitungnya

5 Contoh dan Tips Meningkatkan Loyalitas Pelanggan