Bekerja di perusahaan start up memang keren, tapi apakah kamu tahu terkait strategi MVP yang sering digunakan? Jadi, minimum viable product atau MVP adalah salah satu strategi yang dilakukan perusahaan start up untuk pengembangan produk.
Pasalnya, start up sendiri sangat memiliki risiko yang besar ketika mereka membuat produk baru atau produk pertamanya.
Dengan citra atau image perusahaan yang masih belum kuat ketimbang perusahaan besar lainnya, membuat produk yang mereka buat belum tentu bisa langsung diterima masyarakat.
Meskipun mereka membuat produk tersebut dengan lengkap, berkualitas, lebih canggih dan modern dengan biaya produksi yang tinggi.
Maka dari itu, perusahaan start up akan lebih baik membuat strategi minimum viable product atau MPV terlebih dahulu, sebelum meluncurkan produk untuk dipasarkan ke masyarakat luas.
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya MVP adalah sebuah teknik atau strategi pengembangan produk atau situs baru agar produk bisa lebih mudah diterima masyarakat.
Tujuan dari MVP adalah tentu untuk menyediakan fitur-fitur yang dirasa belum terlalu canggih, namun dengan adanya fitur tersebut bisa cukup untuk memenuhi kebutuhan target pelanggan pertama sebuah startup.
Mengapa tidak sekaligus menciptakan produk dengan fitur canggih? Nah, di sinilah letak strategisnya, di mana strategi selanjutnya dari mvp adalah produk finalnya tetap diluncurkan dan akan didesain atau dikembangkan lebih jauh setelah mendapat umpan balik dari pelanggan pertama.
Perlu kamu ketahui juga bahwa konsep ini telah dipopulerkan Eric Rise. Ia adalah seorang konsultan dan penulis tentang start up.
Lantas, umumnya strategi mvp ini biasa digunakan untuk apa? Nah, untuk contoh sederhana dari MVP adalah produk demo, proyek crowdfunding, dan landing pages.
Intinya, strategi MVP adalah strategi yang dibuat dengan tidak terlalu canggih tetapi cukup layak untuk dirilis.
Elemen Penting dalam Minimum Viable Product
Jika diibaratkan, strategi mvp adalah strategi yang digunakan untuk membuat produk dalam bentuk “setengah jadi” dari produk akhir. Namun, MVP juga harus memiliki empat elemen utama, yakni sebagai berikut:
- fitur yang disediakan oleh strategi MVP harus terdapat nilai guna, bagi calon pelanggan yang sudah ditargetkan di pasar tertentu,
- desain MVP harus dibuat sesuai dengan standar yang ada, meskipun produk belum sepenuhnya menjadi bentuk final,
- memiliki standar kualitas harus melalui proses seleksi dan pengujian yang juga ketat,
- harus ramah terhadap pengguna sehingga tidak hanya sebatas memiliki kegunaan saja.
Baca Juga: Mengenal Struktur Organisasi Startup dan Peran Jabatan di Dalamnya
Tahap Pembuatan Minimum Viable Product
Bagaimana cara dan tahapan dalam pembuatan MVP ternyata dalam proses pembuatan MVP harus dilakukan tahapan yang sangat terstruktur.
Berikut 3 tahap MVP yang perlu dan biasa dilakukan perusahaan start up guna agar lebih memahami konsep dan juga cara penggunaannya.
Prototype
Tahapan yang pertama MPV adalah prototype atau prototipe. Di mana prototipe ini adalah tahap awal dalam minimum viable product, sebelum akhirnya produk yang diluncurkan akan dilempar ke para konsumen.
Prototipe sendiri merupakan gambaran akhir pada produk yang akan dibuat namun produk tersebut dibuat dengan bentuk yang belum final.
Intinya, dengan adanya produk tersebut perusahaan artinya mungkin akan melakukan penyempurnaan produk yang belum final tersebut.
Meski begitu, produk prototipe sebenarnya sudah memiliki berbagai elemen dasar dan juga elemen penting lainnya yang nantinya akan digunakan dalam pembuatan produk akhir atau final.
Minimum Viable Product
Selanjutnya, ada tahapan yakni menciptakan minimum viable product atau MVP itu sendiri berdasarkan prototipe yang sudah jadi.
Namun, MVP di sini hanya memiliki kandungan berbagai elemen utama pada suatu produk. Sehingga belum ditambahkan berbagai elemen pelengkap lainnya.
Nah, di tahap ini MVP mampu memberikan berbagai gambaran produk yang sangat jelas, terutama soal nilai guna dan juga manfaat utama dari produk yang akan dipasarkan.
Selain sebagai produk yang akan dijadikan bahan evaluasi, MVP juga diciptakan agar bisa mengetahui tanggapan mereka para konsumen tentang produk tersebut.
Product
Nah, pada tahap terakhir dari strategi MVP adalah tentu menciptakan produk akhir atau final. Dalam produk final tersebut produk akan diisi dengan berbagai elemen dasar saja tapi juga untuk elemen pendukung lainnya.
Di sini perusahaan bisa lanjut mengembangkan produk final mereka menjadi produk yang benar-benar berkualitas tinggi setelah memperoleh feedback dari pelanggan setelah dilakukannya evaluasi dasar melalui produk MVP.
Tujuan MVP
Jika dilihat dari pengertian hingga tahapannya di atas, maka bisa dilihat pula tujuannya perusahaan start up memanfaatkan MVP :
Perusahaan Bisa Segera Merilis Produk
Tujuan utama dari MVP adalah tentu agar startup bisa segera merilis produknya. Pasalnya, ada kondisi di mana produk harus segera diluncurkan contohnya ketika ada momentum atau hari-hari penting yang bisa mendorong penjualan produk.
Membantu Testing Produk pada Pengguna Sungguhan
Biasanya pengujian produk akan dilakukan sebelum peluncuran agar perusahaan tahu apa kekurangan dari produk tersebut. Namun, metode yang digunakan tersebut umumnya adalah adalah seperti A/B testing.
Akan tetapi, cara tersebut ternyata tidak meliputi keseluruhan pengujian karena masih di dalam area perusahaan seperti karyawan sendiri atau keluarga.
Nah, dengan meluncurkan MVP pengujian produk bisa dilakukan pada pengguna sungguhan atau konsumen di pasar.
Sehingga, dengan begitu mereka bisa memberikan feedback kepada perusahaan sesuai dengan yang diperoleh dari MVP. Hasil feedback itulah yang akan digunakan untuk merancang atau membuat produk final.
Hemat Pengeluaran
Tujuan yang ketiga dari MVP adalah hemat pengeluaran, karena umumnya perusahaan start up yang masih baru dan belum mempunyai banyak dana seperti perusahaan startup yang sudah berjaya.
Sehingga, perusahaan harus senantiasa berhemat salah satunya dengan membuat MVP. Bahkan hal tersebut menjadi salah satu solusi hemat ketika ingin mengeluarkan produk baru.
Biaya pembuatan MVP sendiri juga tidak terlalu tinggi karena produk MVP belum diproduksi 100% secara sempurna.
Risiko Gagal Rendah
Mau buat produk final yang langsung berkualitas, tanpa tahu apa risiko ketika produk tersebut sudah sampai di pelanggan? Jangan sampai produk yang dianggap sempurna itu ternyata tidak sesuai harapan pelanggan.
Sehingga tujuan dari MVP yang terakhir adalah bisa meminimalisir risiko gagal yang mungkin akan membayangi peluncuran suatu produk baru.
Jika tidak mau hal tersebut terjadi, maka kamu bisa Namun mengeluarkan MVP terlebih dahulu. Dengan MVP perusahaan bisa memahami apa yang diharapkan pelanggan dengan cara mengeluarkan fitur-fitur dasar dari produk tersebut.
Setelah mendapat feedback perusahaan bisa menyempurnakan produk tersebut sesuai aktivitas pengguna sebelumnya.
Kesimpulan
Itu dia informasi terkait MVP yang harus dipahami oleh siapa saja, khususnya yang melakukan penjualan produk baru pada orang lain atau konsumen agar perusahaan bisa memastikan bahwa produknya mampu memenuhi kebutuhan pelanggan.
Jika strateginya sudah dilakukan kamu juga tidak boleh melewatkan perhitungan keuangannya atau pencatatan keuntungan dari strategi mpv yang telah dijalankan.
Dengan pencatatan keuangan yang baik, maka laporan laba rugi perusahaan juga bisa dibuat secara rapi, akurat, dan tepat.
Tidak hanya strategi mpv yang bisa bantu membantu perusahaan mengetahui apa saja yang diinginkan pelanggan, laporan keuangan yang baik juga bisa dijadikan sebagai referensi perusahaan untuk mengambil keputusan bisnis yang lebih efisien.
Nah, untuk mempermudah kamu dalam melakukan mencatat laporan laba rugi dan berbagai laporan keuangan lainnya, kamu dan perusahaan startup tempatmu bekerja bisa menggunakan software akuntansi modern dari MASERP.
Dengan MASERP kamu bisa memperoleh kemudahan dalam mengerjakan tugas pencatatan keuangan, karena terdapat berbagai fitur yang mampu mempercepat dan mempermudah kegiatan bisnis di perusahaan kamu.
Jangan khawatir soal besar kecil jenis bisnismu, karena MASERP bisa dicustom sesuai dengan kebutuhan bisnis kamu.
Baca Juga: 4 Jenis Business Software. Nomor 4 Wajib Anda Gunakan!